counter

Kamis, 18 September 2014

Tahap Perkembangan Psikoseksual_Sigmund Freud



Tahap Perkembangan Psikoseksual Sigmund Freud

Teori perkembangan psikoseksual Freud adalah salah satu teori yang paling terkenal sekaligus menjadi kontroversi. Dalam teorinya tersebut, Freud mengemukakan bahwa kepribadian seseorang berkembang melalui serangkaian tahapan pada masa anak-anak. Menurut Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk ketika anak  berusia lima tahun. Awal perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan akan mempengaruhi perilaku di kemudian hari. Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses maka akan menghasilkan  bentuk kepribadian yang sehat. Namun sebaliknya, jika tahapan pada perkembangan tersebut  tidak terselesaikan atau mengalami hambatan, maka dapat menghasilkan fiksasi.

Apa itu fiksasi?

Fiksasi adalah perilaku menetap yang dibawa dari kecil hingga perjalanannya menuju dewasa. Sampai konflik tersebut diselesaikan, individu akan tetap “terjebak” dalam tahap ini. Contoh dalam hal ini misalnya, seseorang yang tidak menyelesaikan tahap oralnya dengan baik maka ketika ia dewasa ia akan terpaku pada tahap oral. Untuk lebih lengkapnya, berikut fase perkembangan psikoseksual berdasarkan teori freud:

1.      Fase Oral
Fase ini dimulai dari saat bayi dilahirkan sampai dengan usia 1-2 tahun. Pada fase ini bayi merasa dipuaskan melalui makanan, ASI, dan  kelekatan hubungan emosional antara anak dan ibu.  Tahap ini memfokuskan interaksi yang terjadi melalui mulut bayi, sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Pada tahap ini bayi dipuaskan melalui kesenangan dari rangsangan oral yaitu melalui kegiatan mencicipi dan mengisap. Karena bayi sepenuhnya tergantung pada ibu jadi saat itulah bayi juga mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi oral.
Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan, anak harus menjadi kurang bergantung pada ibu. Jika  terjadi hambatan pada tahap ini, Freud mengemukakan bahwa individu nantinya akan memiliki masalah dengan ketergantungan dan juga agresi. Fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah berupa kesulitan mempercayai orang lain, peminum, perokok, makan terlalu banyak, suka menggigiti kuku.

2.      Fase Anal
Fase ini berkembang pada saat balita menginjak usia 15 bulan-usia 3 tahun. Pada fase ini balita merasa puas dapat melakukan aktivitas buang air besar dan buang air kecil.  Fase ini dikenal pula sebagai periode “toilet training”. Pada tahap anal, Freud mengemukakan bahwa fokus utama adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet yaitu dimana anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya.

Menurut Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada bagaimana cara  orang tua mengajarakan pendekatan pelatihan toilet. Seharusnya, orang tua memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat, dengan hal tersebut orang tua akan mendorong hasil positif dan membantu anak-anak merasa mampu dan produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif selama tahap ini dapat menjadi dasar individu untuk menjadi orang dewasa yang kompeten, produktif dan kreatif.
Belum semua orang tua memahami, memberikan dukungan, dan dorongan yang anak perlukan selama tahap ini. 

Pada fase ini seringkali orang tua merasa direpotkan dengan perilaku balita yang suka buang air sembarangan tanpa memperhatikan waktu dan tempat (ngompol istilah kerennya :D), sehingga seringkali orang tua menjadi keras kepada anaknya dan yang kebanyakan terjadi adalah beberapa orang tua justru memberikan respon berupa  mengejek, menghukum anak. Hal tersebut akan membuat anak menjadi gagal melewati fase ini. Menurut Freud, respon orangtua yang tidak tepat dapat mengakibatkan dampak negatif, yaitu kurangnya rasa percaya diri pada anak.Kegagalan pada masa ini akan menciptakan individu dengan kepribadian agresif dan kompulsif, beberapa mengatakan kelainan sado-masokis salah satunya disebabkan oleh kegagalan pada fase ini.

Jika orangtua mengambil pendekatan yang terlalu longgar maka individu nantinya akan berkembang menjadi anak yang memiliki sifat boros atau  berantakan. Jika orang tua memulai pendekatan toilet training terlalu dini, maka kepribadian anak akan lebih ketat, tertib, kaku dan obsesif.

3.      Fase Phalic
Fase ini berkembang pada anak usia 3 sampai 6 tahun. Pada tahap phallic atau yang biasa disebut sebagai fase erotik, fokus utama adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga sudah bisa menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Yang paling menonjol adalah pada anak laki-laki dimana anak  suka memegangi penisnya, dan pada kenyataannya hal tersebut seringkali membuat marah orangtuanya. Freud juga mengemukakan masalah tentang  Oediphus dan Electra complex yaitu tentang kelekatan anak laki-laki kepada ibunya dan juga tentang teori  “penis envy” yaitu   dimana anak perempuan akan dekat kepada ayahnya. Kegagalan pada fase ini akan menciptakan kepribadian yang imoral dan tidak tahu aturan.

Freud mengemukakan pada fase ini tentang masalah Oediphus dan Electra complex tentang kelekatan anak laki-laki kepada ibunya dan juga  teori tentang “penis envy” yang terjadi pada anak perempuan dimana anak perempuan ini akan dekat kepada ayahnya. Pada tahap ini anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan mereka terhadap kasih sayang yang diberikan ibu. Kompleks Oedipus menggambarkan perasaan yang ingin sepenuhnya memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan ayah. Namun, pada fase ini anak juga merasakan kekhawatiran bahwa ia akan dihukum oleh ayah. Hambatan pada tahap ini dapat menyebabkan kesulitan dalam indentitas seksual dan bermasalah dengan otoritas, ekspresi malu, dan takut. Kegagalan pada fase ini akan menciptakan kepribadian yang imoral dan tidak tahu aturan.


4.      Fase Latent
Fase ini adalah fase yang terpanjang, berlangsung pada saat usia 6 tahun sampai usia 12 tahun atau usia pubertas. Pada saat ini seorang anak dipengaruhi oleh aktivitas sekolah, teman-teman dan hobinya. Kegagalan pada fase ini akan menyebabkan kepribadian yang kurang bersosialisasi dengan lingkungannya.Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri.

Freud menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang relatif stabil. Tidak ada organisasi baru seksualitas berkembang, dan dia tidak membayar banyak perhatian untuk itu. Untuk alasan ini, fase ini tidak selalu disebutkan dalam deskripsi teori sebagai salah satu tahap, tetapi sebagai suatu periode terpisah.

5.      Fase Genital
Fase ini berlangsung pada usia 12 tahun atau usia dimulainya pubertas sampai dengan umur 18 tahun, dimana anak mulai menyukai lawan jenis dan melakukan hubungan percintaan lewat berpacaran. Dan pada masa ini pula seorang anak akan mulai melepas diri dari orangtuanya dan belajar bertanggung jawab akan dirinya.
Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar