BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bermain
merupakan kegiatan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik,
sosial, emosi, intelektual, dan spiritual anak usia dini. Dengan bermain anak
dapat mengenal lingkungan, berinteraksi, serta mengembangkan emosi dan
imajinasi dengan baik. Pada dasarnya anak-anak suka sekali bermain, bergerak,
bernyanyi dan menari, baik dilakukan sendiri maupun berkelompok.
Bermain
adalah kegiatan untuk bersenang-senang yang terjadi secara alamiah. Anak tidak
merasa terpaksa untuk bermain, tetapi mereka akan memperoleh kesenangan, kenikmatan,
informasi, pengetahuan, imajinasi, dan motivasi bersosialisasi. Bermain
memiliki fungsi yang sangat luas, seperti untuk anak, untuk guru, orang tua dan
fungsi lainnya.bagi anak. Dengan bermain dapat mengembangkan fisik, motorik,
sosial, emosi, kognitif, daya cipta (kreativitas), bahasa, perilaku, ketajaman pengindraan,
melepaskan ketegangan, dan terapi bagi fisik, mental ataupun gangguan perkembangan
lainnya.
Fungsi
bermain bagi guru dan orangtua adalah agar guru dan orangtua dapat memahami karakter
anak dan jalan pikiran anak, dapat intervensi, kolaborasi dan berkomunikasi
dengan baik kepada anak. Fungsi lainnya adalah rekreasi, penyaluran energi,
persiapan untuk hidup dan mekanisme integrasi (penyatuan) dengan alam sekitar.
Menurut
NAEYC (National Association for The Education of Young Children,1997),
bermain merupakan alat utama belajar anak. Demikian juga pemerintah Indonesia
telah mencanangkan prinsip, “Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain”.Bermain
yang sesuai dengan tujuan di atas adalah bermain yang memiliki ciri-ciri
seperti : menimbulkan kesenangan, spontanitas, motivasi dari anak sendiri, dan
aturan ditentukan oleh anak sendiri.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apakah pengertian dari bermain?
1.2.2
Sebutkan fungsi bermain?
1.2.3
Apakah tujuan
bermain?
1.2.4
Mengapa bermain sambil belajar?
1.2.5
Sebutkan manfaat dari bermain?
1.2.6
Bagaimana kualitas bermain bagi pendidikan anak usia
dini?
1.2.7
Sebutkan tahapan bermain menurut para tokoh?
1.2.8
Bagaimana
sikap perilaku dan keterampilan guru dalam pelaksanaan proses bermain?
1.2.9
Apa saja contoh APE yang dapat digunakan untuk memilih
mengembangan seluruh aspek yang dimiliki anak serta kaitannya dengan belajar?
1.3
Tujuan
1.3.1
untuk mengetahui pengertian bermain
1.3.2
untuk mengetahui fungsi bermain
1.3.3
untuk mengetahui tujuan bermain
1.3.4
untuk mengetahui alasan bermain sambil belajar
1.3.5
untuk mengetahui manfaat bermain
1.3.6
untuk mengetahui kualitas bermain bagi pendidikan
anak usia dini
1.3.7
untuk mengetahui tahapan bermain menurut tokoh
1.3.8
untuk mengetahui sikap perilaku dan ketrampilan guru
dalam pelaksanaan proses bermain
1.3.9
untuk mengetahui contoh APE yang dapat digunakan
untuk memilih mengembangan seluruh aspek yang dimiliki anak serta kaitannya
dengan belajar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bermain
Bermain adalah suatu
aktivitas yang langsung, spontan dimana seorang anak berinteraksi dengan orang
lain, benda-benda disekitarnya, dilakukan dengan senang, atas inisiatif
sendiri, menggunakan daya khayal (imajinasi), menggunakan panca indra dan seluruh
anggota tubuhnya.
Piaget dalam Mayesti (1990:42)
mengatakan bahwa bermain adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dan akan menimbulkan
kesenangan, kepuasan bagi diri sendiri, sedangkan Parten dalam Dockett dan Fleer (2000:14) memandang
bahwa bermain adalah sebagai sarana sosialisasi diharapkan melalui bermain
dapat memberi kesempatan anak untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan
perasaan, berkreasai dan belajar secara menyenangkan.
2.2
Fungsi Bermain
2.2.1 Bermain Dan Kemampuan Intelektual
a. Merangsang perkembangan kognitif
Dengan
permainan sensorimotor, anak akan mengenal permukaan lembut, halus, kasar atau
kaku, sehingga meningkatkan kemampuan abstraksi (imajinasi, fantasi) dan mengenal
konstruksi, besar-kecil, atas-bawah, penuh-kosong. Melalui permainan dapat menghargai
aturan, keteraturan dan logika.
b.
Membangun struktur kognitif
Melalui permainan, anak akan memperoleh
informasi lebih banyak sehingga pengetahuan dan pemahamannya lebih kaya dan
lebih mendalam. Bila informasi baru ini ternyata beda dengan yang selama ini
diketahuinya, anak mendapat pengetahuan yang baru. Dengan permainan struktur
kognitif anak lebih dalam, lebih kaya dan lebih sempurna.
c.
Membangun kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif mencakup kemampuan
mengidentifikasi, mengelompokan, mengurutkan, mengamati, meramal, menentukan
hubungan sebab-akibat, menarik kesimpulan. Permainan akan mengasah kepekaan anak
akan keteraturan, urutan dan waktu juga meningkatkan kemampuan logika.
d.
Belajar Memecahkan Masalah
Permainan memungkinkan anak bertahan
lama menghadapi kesulitan sebelum persoalan yang ia hadapi dipecahkan. Proses
pemecahan masalah ini mencakup imajinasi aktif anak-anak yang akan mencegah kebosanan
(merupakan pencetus kerewelan ada anak).
e.
Mengembangkan rentang konsentrasi
Apabila tidak ada konsentrasi atau
rentang perhatian yang lama, seorang anak tidak mungkin dapat bertahan lama
bermain (pura-pura menjadi dokter,ayah-ibu,guru). Ada yang dekat antara
imajinasi dan kemampuan konsentrasi. Imajinasi membantu meningkatkan kemampuan
konsentrasi. Anak tidak imajinatif memiliki rentang perhatian (konsentrasinya)
pendek dan memiliki kemungkinan besar untuk berperilaku lain dan mengacau..
2.2.2
Bermain Dan Perkembangan Bahasa
Bermain merupakan “laboratorium bahasa” buat
anak-anak. Di dalam bermain, anakanak bercakap-cakap dengan teman yang lain, berargumentasi,
menjelaskan dan meyakinkan kosakata yang dikuasai anak anak dapat meningkat
karena mereka menemukan kata-kata baru.
2.2.3
Bermain Dan Perkembangan Sosial
a.
Meningkatkan sikap sosial
Ketika bermain, anak-anak harus memperhatikan
cara pandang lawan bermainnya, dengan demikian akan mengurangi egosentrisnya.
Dalam permainan itu pula anak-anak dapat mengetahui bagaimana bersaing dengan
jujur, sportif, tahu akan hak dan peduli akan hak orang lain. Anak juga dapat
belajar bagaimana sebuah tim dan semangat tim.
b.
Belajar berkomunikasi
Agar dapat melakukan permainan, seorang
anak harus mengerti dan dimengerti oleh teman-temannya, karena permainan,
anak-anak dapat belajar bagaimana mengungkapkan pendapatnya, juga mendengarkan
pendapat orang lain.
c.
Belajar Berorganisasi
Permainan seringkali menghendaki adanya
peran yang berbeda, olah karena itu dalam permainan, anak-anak dapat belajar
berorganisasi sehubungan dengan penentuan ‘siapa’ yang akan menjadi ‘apa’.
Dengan permainan, anak-anak dapat belajar bagaimana membuat peran yang harmonis
dan melakukan kompromi
2.2.4
Bermain Dan Perkembangan Emosi
Bermain merupakan pelampiasan emosi dan
juga relaksasi. Fungsi bermain untuk perkembangan emosi :
a. Kestabilan emosi
Ada tawa, senyum dan ekspresi
kegembiraan lain dalam bermain. Kegembiraan yang dirasakan bersama mengarah
pada kestabilan emosi anak
b.
Rasa kompetensi dan percaya diri
Bermain menyediakan kesempatan pada
anak-anak mengatasi situasi.Kemampuan ini akan membentuk rasa kompeten dan
berhasil. Perasaan mampu ini pula dapat mengembangkan percaya diri anak-anak.
Selain itu, anak-anak dapat membandingkan kemampuan pribadinya dengan temannya
sehingga dia dapat memandang dirinya lebih wajar (mengembangkan konsep diri
yang realistis)
c.
Menyalurkan keinginan
Didalam bermain, anak-anak dapat
menentukan pilihan, ingin menjadi apa dia. Bisa saja ia ingin menjadi ‘ikan’,
bisa juga menjadi ‘komandan’ atau menjadi ‘pasukan perang’nya atau menjadi
seorang putri.
d.
Menetralisir emosi negatif
Bermain menjadi “katup” pelepasan emosi
negatif, misalnya rasa takut, marah, cemas dan memberi kesempatan untuk
menguasai pengalaman traumatik.
e.
Mengatasi konflik
Di dalam bermain, sangat mungkin akan
timbul konflik antar anak dengan lainnya, karena itu anak-anak bisa belajar
alternatif untuk menyikapi atau menangani konflik yang ada.
f.
Menyalurkan agresivitas secara aman
Bermain memberikan kesemapatan bagi
anak-anak untuk menyalurkan agresivitasnya secara aman. Dengan menjadi ‘raja’
misalnya, anak dapat merasa ‘mempunyai kekuasaan’ dengan demikian anak-anak
dapat mengekspresikan emosinya secara intens yang mungkin ada tanpa merugikan
siapapun
2.2.5
Bermain Dan Perkembangan Fisik
a.
Mengembangkan kepekaan penginderaan
Dengan bermain, anak-anak dapat mengenal
berbagai tekstur : halus, kasar, lembut; mengenal bau; mengenal rasa; mengenal
warna
b.
Mengembangkan ketrampilan motorik
Dengan bermain seorang anak dapat
mengembangkan kemampuan motorik, seperti berjalan, berlari, melompat, bergoyang
mengangkat, menjinjing, melempar, menangkap, memanjat, berayun dan menyeimbangkan
diri. Selain itu, anak dapat belajar merangkai, menyusun, menumpuk, mewarnai
dan menggambar.
c.
Menyalurkan energi fisik yang terpendam
Bermain dapat menyalurkan energi
berlebih yang ada diantara anak-anak, mis : kejarkejaran. Energi berlebih yang
tidak disalurkan dapat membuat anak-anak tegang, gelisah dan mudah tersinggung.
2.2.6
Bermain Dan Kreativitas
Dalam bermain, anak-anak dapat
berimajinasi sehingga dapat meningkatkan daya kreativitas anak-anak. Adanya
kesempatan untuk berfikir antara batas-batas dunia nyata menjadikan anak – anak
dapat mengenal proses berfikir yang lebih kreatisif yang akan sangat berguna
dalam kehidupan sehari-hari.
2.3
Tujuan Bermain
a. Menanamkan
kebiasaan disiplin dan tanggungjawab dalam kehidupan sehari- hari.
b. Melatih sikap
ramah dan suka bekerja sama dengan teman, menujukkan kepedulian.
c. Menanamkan
budipekerti yang baik.
d. Melatih anak untuk
berani dan menantang ingin mempunya rasa ingin tahu yang besar.
e. Melatih anak
untuk menyayangi dan mencintai lingkungan dan ciptaan tuhan.
f. Melatih
anak untuk mencari berbagai konsb moral yang mendasar seperti salah, benar,
jujur, adil dan fair.
2.4 Alasan Bermain Sambil Belajar
Bermain adalah dunia sekaligus sarana
belajar anak. Memberikan kesempatan pada anak untuk bermain berarti memberikan
kesempatan kepada mereka untuk belajar. Memberikan kesempatan kepada anak untuk
belajar dengan cara cara yang dapat dikatagorikan sebagai bermain berarti telah
berusaha membuat pengalaman belajar itu dirasakan dan dipersepsikan secara
alami oleh anak yang bersangkutan sehingga menjadi bermakna baginya.
(solehuddin 2000)
Melalui bermain itulah sesungguhnya anak
belajar. Melalui bermain anak memilki kesempatan untuk membangun dunianya
berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan social, mengekspresikan dan
mengontrol emosinya serta mengembangkan kecakapan simboliknya. Melalui bermain
pula anak anak memperoleh kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan
keterampilan yang baru diperolehnya dan juga fungsi kecakapan sosialnya untuk
menerima peran sosial yang baru dan mencoba tugas baru yang menantang, serta
menyelesaikan masalah masalah baru yang tidak dapat diselesaikan dengan cara
yang lain.(Mallory & new 1994 dalam bredekamp & copple 1997).
Oleh karena anak belajar melalui
kegiatan bermain maka mau tidak mau guru musti merancang kegiatan pembelajaran
yang memiliki ciri ciri bermain. Bermain dalam kaitan ini merupakan strategi
pembelajaran. Manfaat yang dapat dipetik melalui “bermain sambil belajar” adalah
sebagai berikut :
a.
Mendorong anak anak belajar tentang
pakaian yang sesuai untuk musim
musim
atau acara acara tertentu. Guru menyediakan beberapa jenis
pakaian.
b.
Mendorong anak anak belajar bagaimana
membuat warna sekunder.
c.
Guru menyediakan cat dengan warna warna
primer.
d.
Mendorong anak anak untuk
mendemonstrasikan kecakapannya dengan mengklasifikasi. Guru menyediakan daun
daunan, kulit kerang, biji bijian, kancing, model model tanaman dan hewan.
e.
Mendorong anak anak belajar tentang
karakteristik ukuran tiga dimensi, guru menyediakan benda benda kotak, balok
giometri, dan balok balok untuk rancang bangun seperti lego dan bricks.
f.
Mendorong anak anak belajar tentang
erosi tanah / pengikisan oleh air.
g.
Guru menyediakan air dalam ember dan
pasir atau tanah dihalaman (brewer 1995).
Memang sebagian orang dewasa beranggapan
bahwa anak tidak mungkin dapat belajar apabila mereka menghabiskan waktu hanya
untuk bermain. Padahal perlu diyakini bahwa bermain memberikan sumbangan yang
berarti bagi perkembangan kemampuan akademik anak (brewer 1995). Baik pieget
dan vygotsky menandaskan bahwa bermain berkaitan erat dengan representasi
(gambaran) yakni pada bagaimana anak menggambarkan dunia dan mengekspresikan
perasaan dan kebutuhannya (via hoom 1999).
2.5
Manfaat Bermain
Anak belajar tentang banyak hal dalam bermain.
Hal hal yang dipelajari anak melalui bermain dapat diidentifikasi antara lain
sebagai berikut ;
a. melalui
bermain anak belajar untuk menerima, mengekspresikan dan menguasai perasaan
mereka secara positif dan konstruktif.
b. melalui
bermain anak belajar tentang diri mereka sendiri, anak juga belajar meyakini
sudut pandangnya sendiri yang hal itu membuat anak termotifasi untuk menguasai
dan mengembangkan jati diri, kepercayaan diri, ketenangan diri dan harga diri.
c. melalui
bermain anak belajar tentang tingkah laku social seperti pergiliran
d. bicara,
bekerja sama, berbagi dan saling membantu.
e. melalui
bermain anak belajar untuk mengungkapkan ide dan perasaannya
secara verbal (dengan media bahasa), menyimak
tuturan orang lain, memahami sudut pandang orang lain, dan belajar memutuskan
sesuatu rencana kegiatan untuk memecahkan masalah.
f. melalui
bermain anak belajar menjadi penengah (pendamai). Anak juga
belajar bernegosiasi melakukan rekonsiliasi dan
menyelesaikan konflik melalui “atmosfir” yang positif.
g. melalui
bermain anak belajar menghargai dan mempedulikan orang lain.
Anak juga belajar memilih jalan damai dan saling
menjaga satu sama lain.
h. melalui
bermain anak belajar mengembangkan keterampilan berbahasa serta
mengembangkan kosakata.
i.
melalui bermain anak belajar tentang
geometri seperti eksplorasi berbagai
ukuran (besar-kecil,panjang-pendek) dan bentuk
bentuk tiga dimensi. Proses ini
terjadi ketika anak bermain dengan balok dalam
berbagai ukuran.
j.
melalui bermain anak belajar menggunakan
konsep matematika untuk
memcahkan masalah, seperti berapa piring yang
dibutuhkan dalam satu meja,
berapa garpu yang dibutuhkan. Melalui bermain anak
memilki kesempatan
untuk mengeksplorasi hubungan matematikka dengan
lingkungannya. Rasa
ingin tahu di vergen dan motivasi untuk belajar
merupakan kunci keberhasilan
dalam pembelajaran matematika dan sains. Pengalaman
langsung melalui
bermain lebih efektif dalam mengembangkan kemampuan
berfikir logika –
matematika dari pada meniru model orang dewasa.
Bermain lebih
memungkinkan anak mengembangkan konsep yang
didasarkan pada klasifikasi dan mengkonstruksi kategori melalui tindakan mereka
sendiri, (dominock & clark 1996 dalam horn etal 1999).
k. melalui
bermain anak belajar berbagai keterampilan motorik halus seperti
mengecat, memotong, membentuk tanah liat,
menggunakan berbagai crayon
atau pastel, membangun lego, semuanya sangat
bermanfaat sebagai persiapan
belajar menulis.
l.
melalui bermain anak belajar tentang
biji bijian seperti memilah biji bijian,
mengklasifikasi, belajar menyemai dan merawat biji
bijian.
m. melalui
bermain anak belajar tentang sains seperti ketika mereka bermain
pasir dan mengamati cuaca.
n. melalui
bermain anak bermain tentang biologi hal in terjadi ketika anak
bermain dengan miniature binatang dan mengamati
gambar gambar serta siklus kehidupan hewan hewan.
o. melalui
belajar anak belajar tentang kimia. Hal ini terjadi ketika anak
mencampur warna dengan air, mengamati efek garam dan
gula yang diaduk
dengan air dan mengamati proses pembakaran kertas
dan kayu.
2.6 Kualitas Bermain Bagi
Pendidikan Anak Usia Dini
a. Kenyamanan syarat utama
b. Keamanan sebagai kebutuhan primer.
c. Kesehatan diperhatikan
d. Lingkungan pembelajaran diciptakan dan dimanfaatkan.
e. Mengenal emosi-sosial anak usia dini yang makin matang
dengan berbagai kegiatan bergaul
f. Kognitif anak usia dini dikembangkan
g. Cara berkomunikasi Kreativitas tumbuh dengan
bereksplorasi.
h. Menolong diri-sendiri.
i.
Konsep
diri tumbuh
j.
Tuntunan
berkompeten dalam pendidikan anak usia dini
k. Keluarga terlibat dalam penyelenggaraan
l.
Program
menejemen menggambarkan pembentukan
kepribadian anak
m. Profesionalisme dikuasai para pendidik, pengasuh ketika
memegang anak.
n. Bermain secara kualitas ditunjukkan dengan suasana
bermain yang berkesempatan memilih, mengambil keputusan, tanggung jawab
o. Waktu efisien
dengan produktivitas anak dalam kinerjanya
p. Program yang bermakna mencipta anak yang menyenangi,
bertanggung jawab dan mengeluarkan inisiatifnya ketika bermain
q. Keterlibatan
dengan bermain mengaktifkan anak
2.7
Tahapan Bermain dari (Piaget, Parten, Smilanski)
- Bermain fungsional dengan anggota badan;
- Bermain pengamat, menikmati meski hanya dengan mengamati saja;
- Bermain soliter yang bersifat bermain tanpa ada teman;
- Bermain paralel tanpa ada komunikasi meski berdekatan;
- Bermain sosial yang sudah melakukan interaksi dengan teman atau orang sekelilingnya;
- Bermain kooperatif dimana mulai ada peran dalam anggota yang bermain bersama;
- Bermain simbolik dengan ditandai pemaknaan simbol-simbol gambar, bentuk visual-auditori lainnya;
- Bermain peran dengan pilihan beragam peran dalam masyarakat sekeliling anak;
- Bermain dengan peraturan yang terjadi ketika mulai memberlakukan peraturan dalam permainannya.
- Suasana bermain yang tepat untuk pembentukan kepribadian (Weikart)
2.8 Sikap Perilaku Dan Keterampilan Guru Dalam
Pelaksanaan Proses Bermain
a. Bergerak diantara anak
b. Sebagai nara sumber, membantu anak membuat proyek.
c. Tidak mengambil peran dominan
d. Mendengarkan, bertanya,
membantu memecahkan permasalahan
e. Ikut bermain berperan yang tidak penting, sekedar
co-player.
f. Meningkatkan keberanian anak untuk bertanya.
g. Melibatkan anak secara aktif.
h. Guru tidak dominan
i.
Tidak mengarahkan kegiatan anak menjadi kegiatan
guru.
j.
Ikut
bermain sebagai anggota ketika anak
bermain peran.
k. Ketika anak asyik jangan melakukan intervensi, biar
kegiatannya berkembang. Kegiatan berhasil bila guru dapat mengatakan "
Anak-anak bermain seakan saya tidak ada"
l.
Memberi kesempatan melakukan pilihan kegiatan,
menentukan arahan dan memilih bahan sendiri
m. Meningkatkan bahasa lisannya,
menggunakan kata-kata dalam kegiatannya
n. Mengembangkan kemampuan
kreativitas dengan membiasakan melibatkan anak dengan menjawab lancar,
fleksibel, menjaga orisinalitas pendapat sendiri, berkarya dengan elaborasi.
o. Mengembangkan
keterampilan sosial ketika anak-anak bermain.
p. Menanamkan
pada anak pemahaman orang lain ketika bermain peran dan berpartisipasi dalam
segala aspek permainan
q. Meningkatkan
rasa tanggung jawab ketika menggunakan peralatan dan bahan yang digunakan
r.
Belajar
merencanakan, melaksanakan, dan tekun menyelesaikan kegiatan nya
s. Lebih
meningkatkan kualitas bermain perannya dan bekerja secara kooperatif dengan
orang lain
t.
Memperpanjang waktu konsentrasinya
ketika bermain di sudut-sudut, sentra-sentra, pusat minat-pusat minat atau area-areanya
u. Mengembangkan
keterampilan anak dalam memahami simbol-simbol ,gambar,bentuk visual, auditori
dan menggunakan benda konkrit
v. Lebih
memahami konsep dirinya dan dunia sekelilingnya ketika bermain di sudut,
sentra, area atau pusat minatnya.
w. Memberi
kesempatan anak untuk mendapat pengalaman terintergrasi ketika bermain di pusat
minat, sudut, area atau sentranya
.
2.9
Memilih
Dan Mengembangkan Alat Permainan Edukatif
Beberapa ragam Alat Permainan Edukatif dan
fungsi pengembangannya bagi anak usia
dini berdasarkan ke tiga pengembangan fungsi alat permainan (Janet Moyles)
2.8.1
Peralatan
membangun (kreatif mencipta dg. Kebebasan)
a.
Balok kecil polos
b.
Balok kecil berwarna
c.
Balok besar polos
d.
Balok besar berwarna
e.
Balok kardus
f.
Balok kubus
g.
Balok ukur polos
h.
Balok ukur berwarna
i.
Keping-keping geometri
2.8.2
Permainan meja
(mengenal peraturan)
a.
Beragam Papan
permainan
b.
Permainan lotto (Penalaran dan memilih)
c.
Papan lotto
gambar / huruf
d.
Papan lotto
lambang bilangan
e.
Papan lotto 9
warna
f.
Papan lotto
kata bilangan
g.
Papan lotto
warna dan bentuk /
h.
Papan lotto beragam auditori / benda sama
i.
Papan lotto sejeni /
pasangan benda
2.8.3
Peralatan manipulatif (mengenal beragam
konsep dengan bermain)
a.
Menara gelang segi-3; segi-6; bujur
sangkar; lingkaran
b.
Kubus; silinder
c.
12 Papan hitung 5 ; 10
d.
Papan geometri 12 bentuk
e.
Papan tiga bentuk
f.
Papan bentuk berurutan
g.
Puzel-puzel : 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 dst.
Potong
h.
Bentuk geometri dilaminating
2.8.4
Peralatan peran (metakomunikatif)
a.
Lemari
pecah belah / Lemari dapur / kompor
b.
Beragam
alat dapur / alat pecah belah
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Bermain
merupakan kegiatan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik,
sosial, emosi, intelektual, dan spiritual anak usia dini. Dengan bermain anak
dapat mengenal lingkungan, berinteraksi, serta mengembangkan emosi dan
imajinasi dengan baik. Pada dasarnya anak-anak suka sekali bermain, bergerak,
bernyanyi dan menari, baik dilakukan sendiri maupun berkelompok.
Piaget dalam Mayesti (1990:42) mengatakan bahwa bermain adalah sesuatu kegiatan
yang dilakukan secara berulang-ulang dan
akan menimbulkan kesenangan, kepuasan bagi diri sendiri, sedangkan Parten dalam Dockett dan Fleer (2000:14) memandang
bahwa bermain adalah sebagai sarana sosialisasi diharapkan melalui bermain
dapat memberi kesempatan anak untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan,
berkreasai dan belajar secara menyenangkan.
Melalui bermain itulah sesungguhnya anak
belajar. Melalui bermain anak memilki kesempatan untuk membangun dunianya
berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan social, mengekspresikan dan
mengontrol emosinya serta mengembangkan kecakapan simboliknya. Melalui bermain
pula anak anak memperoleh kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan
keterampilan yang baru diperolehnya dan juga fungsi kecakapan sosialnya untuk
menerima peran sosial yang baru dan mencoba tugas baru yang menantang, serta
menyelesaikan masalah masalah baru yang tidak dapat diselesaikan dengan cara
yang lain.(Mallory & new 1994 dalam bredekamp & copple 1997).
3.2
Saran
Untuk pendidik, sebaiknya
dapat mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan anak dengan belajar sambil
bermain dan untuk orang tua sebaiknya dapat memberikan kebebasan anaknya untuk
bermain, karena dengan bermain anak mendapat banyak pengalaman dan banyak pula
manfaatnya untuk anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar