counter

Senin, 17 November 2014

Dasar2 Kurikulum-Winarti-1313054065-Pg.PAUD UNILA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Bermain merupakan kegiatan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, emosi, intelektual, dan spiritual anak usia dini. Dengan bermain anak dapat mengenal lingkungan, berinteraksi, serta mengembangkan emosi dan imajinasi dengan baik. Pada dasarnya anak-anak suka sekali bermain, bergerak, bernyanyi dan menari, baik dilakukan sendiri maupun berkelompok.

Bermain adalah kegiatan untuk bersenang-senang yang terjadi secara alamiah. Anak tidak merasa terpaksa untuk bermain, tetapi mereka akan memperoleh kesenangan, kenikmatan, informasi, pengetahuan, imajinasi, dan motivasi bersosialisasi. Bermain memiliki fungsi yang sangat luas, seperti untuk anak, untuk guru, orang tua dan fungsi lainnya.bagi anak. Dengan bermain dapat mengembangkan fisik, motorik, sosial, emosi, kognitif, daya cipta (kreativitas), bahasa, perilaku, ketajaman pengindraan, melepaskan ketegangan, dan terapi bagi fisik, mental ataupun gangguan perkembangan lainnya.

Fungsi bermain bagi guru dan orangtua adalah agar guru dan orangtua dapat memahami karakter anak dan jalan pikiran anak, dapat intervensi, kolaborasi dan berkomunikasi dengan baik kepada anak. Fungsi lainnya adalah rekreasi, penyaluran energi, persiapan untuk hidup dan mekanisme integrasi (penyatuan) dengan alam sekitar.

Menurut NAEYC (National Association for The Education of Young Children,1997), bermain merupakan alat utama belajar anak. Demikian juga pemerintah Indonesia telah mencanangkan prinsip, “Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain”.Bermain yang sesuai dengan tujuan di atas adalah bermain yang memiliki ciri-ciri seperti : menimbulkan kesenangan, spontanitas, motivasi dari anak sendiri, dan aturan ditentukan oleh anak sendiri.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1                 Apakah pengertian dari bermain?
1.2.2                 Sebutkan fungsi bermain?
1.2.3                 Apakah  tujuan bermain?
1.2.4                 Mengapa bermain sambil belajar?

1.2.5                 Sebutkan manfaat dari bermain?
1.2.6                 Bagaimana kualitas bermain bagi pendidikan anak usia dini?
1.2.7                 Sebutkan tahapan bermain menurut para tokoh? 
1.2.8                 Bagaimana sikap perilaku dan keterampilan guru dalam pelaksanaan proses bermain? 
1.2.9                 Apa saja contoh APE yang dapat digunakan untuk memilih mengembangan seluruh aspek yang dimiliki anak serta kaitannya dengan belajar?

1.3  Tujuan
1.3.1                    untuk mengetahui pengertian bermain
1.3.2                    untuk mengetahui fungsi bermain
1.3.3                    untuk mengetahui tujuan bermain
1.3.4                    untuk mengetahui alasan bermain sambil belajar
1.3.5                    untuk mengetahui manfaat bermain
1.3.6                    untuk mengetahui kualitas bermain bagi pendidikan anak usia dini
1.3.7                    untuk mengetahui tahapan bermain menurut tokoh
1.3.8                    untuk mengetahui sikap perilaku dan ketrampilan guru dalam pelaksanaan proses bermain
1.3.9                    untuk mengetahui contoh APE yang dapat digunakan untuk memilih mengembangan seluruh aspek yang dimiliki anak serta kaitannya dengan belajar

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bermain
Bermain adalah suatu aktivitas yang langsung, spontan dimana seorang anak berinteraksi dengan orang lain, benda-benda disekitarnya, dilakukan dengan senang, atas inisiatif sendiri, menggunakan daya khayal (imajinasi), menggunakan panca indra dan seluruh anggota tubuhnya.
Piaget dalam Mayesti (1990:42) mengatakan bahwa bermain adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan secara  berulang-ulang dan akan menimbulkan kesenangan, kepuasan bagi diri sendiri, sedangkan Parten dalam Dockett dan Fleer (2000:14) memandang bahwa bermain adalah sebagai sarana sosialisasi diharapkan melalui bermain dapat memberi kesempatan anak untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasai dan belajar secara menyenangkan.
2.2 Fungsi Bermain
2.2.1 Bermain Dan Kemampuan Intelektual
a. Merangsang perkembangan kognitif
Dengan permainan sensorimotor, anak akan mengenal permukaan lembut, halus, kasar atau kaku, sehingga meningkatkan kemampuan abstraksi (imajinasi, fantasi) dan mengenal konstruksi, besar-kecil, atas-bawah, penuh-kosong. Melalui permainan dapat menghargai aturan, keteraturan dan logika.

b. Membangun struktur kognitif
Melalui permainan, anak akan memperoleh informasi lebih banyak sehingga pengetahuan dan pemahamannya lebih kaya dan lebih mendalam. Bila informasi baru ini ternyata beda dengan yang selama ini diketahuinya, anak mendapat pengetahuan yang baru. Dengan permainan struktur kognitif anak lebih dalam, lebih kaya dan lebih sempurna.

c. Membangun kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif mencakup kemampuan mengidentifikasi, mengelompokan, mengurutkan, mengamati, meramal, menentukan hubungan sebab-akibat, menarik kesimpulan. Permainan akan mengasah kepekaan anak akan keteraturan, urutan dan waktu juga meningkatkan kemampuan logika.

d. Belajar Memecahkan Masalah
Permainan memungkinkan anak bertahan lama menghadapi kesulitan sebelum persoalan yang ia hadapi dipecahkan. Proses pemecahan masalah ini mencakup imajinasi aktif anak-anak yang akan mencegah kebosanan (merupakan pencetus kerewelan ada anak).

e. Mengembangkan rentang konsentrasi
Apabila tidak ada konsentrasi atau rentang perhatian yang lama, seorang anak tidak mungkin dapat bertahan lama bermain (pura-pura menjadi dokter,ayah-ibu,guru). Ada yang dekat antara imajinasi dan kemampuan konsentrasi. Imajinasi membantu meningkatkan kemampuan konsentrasi. Anak tidak imajinatif memiliki rentang perhatian (konsentrasinya) pendek dan memiliki kemungkinan besar untuk berperilaku lain dan mengacau..

2.2.2 Bermain Dan Perkembangan Bahasa
 Bermain merupakan “laboratorium bahasa” buat anak-anak. Di dalam bermain, anakanak bercakap-cakap dengan teman yang lain, berargumentasi, menjelaskan dan meyakinkan kosakata yang dikuasai anak anak dapat meningkat karena mereka menemukan kata-kata baru.

2.2.3 Bermain Dan Perkembangan Sosial
a. Meningkatkan sikap sosial
Ketika bermain, anak-anak harus memperhatikan cara pandang lawan bermainnya, dengan demikian akan mengurangi egosentrisnya. Dalam permainan itu pula anak-anak dapat mengetahui bagaimana bersaing dengan jujur, sportif, tahu akan hak dan peduli akan hak orang lain. Anak juga dapat belajar bagaimana sebuah tim dan semangat tim.

b. Belajar berkomunikasi
Agar dapat melakukan permainan, seorang anak harus mengerti dan dimengerti oleh teman-temannya, karena permainan, anak-anak dapat belajar bagaimana mengungkapkan pendapatnya, juga mendengarkan pendapat orang lain.


c. Belajar Berorganisasi
Permainan seringkali menghendaki adanya peran yang berbeda, olah karena itu dalam permainan, anak-anak dapat belajar berorganisasi sehubungan dengan penentuan ‘siapa’ yang akan menjadi ‘apa’. Dengan permainan, anak-anak dapat belajar bagaimana membuat peran yang harmonis dan melakukan kompromi

2.2.4 Bermain Dan Perkembangan Emosi
Bermain merupakan pelampiasan emosi dan juga relaksasi. Fungsi bermain untuk perkembangan emosi :
a. Kestabilan emosi
Ada tawa, senyum dan ekspresi kegembiraan lain dalam bermain. Kegembiraan yang dirasakan bersama mengarah pada kestabilan emosi anak

b. Rasa kompetensi dan percaya diri
Bermain menyediakan kesempatan pada anak-anak mengatasi situasi.Kemampuan ini akan membentuk rasa kompeten dan berhasil. Perasaan mampu ini pula dapat mengembangkan percaya diri anak-anak. Selain itu, anak-anak dapat membandingkan kemampuan pribadinya dengan temannya sehingga dia dapat memandang dirinya lebih wajar (mengembangkan konsep diri yang realistis)

c. Menyalurkan keinginan
Didalam bermain, anak-anak dapat menentukan pilihan, ingin menjadi apa dia. Bisa saja ia ingin menjadi ‘ikan’, bisa juga menjadi ‘komandan’ atau menjadi ‘pasukan perang’nya atau menjadi seorang putri.

d. Menetralisir emosi negatif
Bermain menjadi “katup” pelepasan emosi negatif, misalnya rasa takut, marah, cemas dan memberi kesempatan untuk menguasai pengalaman traumatik.

e. Mengatasi konflik
Di dalam bermain, sangat mungkin akan timbul konflik antar anak dengan lainnya, karena itu anak-anak bisa belajar alternatif untuk menyikapi atau menangani konflik yang ada.

f. Menyalurkan agresivitas secara aman
Bermain memberikan kesemapatan bagi anak-anak untuk menyalurkan agresivitasnya secara aman. Dengan menjadi ‘raja’ misalnya, anak dapat merasa ‘mempunyai kekuasaan’ dengan demikian anak-anak dapat mengekspresikan emosinya secara intens yang mungkin ada tanpa merugikan siapapun

2.2.5 Bermain Dan Perkembangan Fisik
a. Mengembangkan kepekaan penginderaan
Dengan bermain, anak-anak dapat mengenal berbagai tekstur : halus, kasar, lembut; mengenal bau; mengenal rasa; mengenal warna

b. Mengembangkan ketrampilan motorik
Dengan bermain seorang anak dapat mengembangkan kemampuan motorik, seperti berjalan, berlari, melompat, bergoyang mengangkat, menjinjing, melempar, menangkap, memanjat, berayun dan menyeimbangkan diri. Selain itu, anak dapat belajar merangkai, menyusun, menumpuk, mewarnai dan menggambar.

c. Menyalurkan energi fisik yang terpendam
Bermain dapat menyalurkan energi berlebih yang ada diantara anak-anak, mis : kejarkejaran. Energi berlebih yang tidak disalurkan dapat membuat anak-anak tegang, gelisah dan mudah tersinggung.

2.2.6 Bermain Dan Kreativitas
Dalam bermain, anak-anak dapat berimajinasi sehingga dapat meningkatkan daya kreativitas anak-anak. Adanya kesempatan untuk berfikir antara batas-batas dunia nyata menjadikan anak – anak dapat mengenal proses berfikir yang lebih kreatisif yang akan sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari.

2.3 Tujuan Bermain
a.    Menanamkan kebiasaan disiplin dan tanggungjawab dalam kehidupan sehari- hari.
b.    Melatih sikap ramah dan suka bekerja sama dengan teman, menujukkan kepedulian.
c.    Menanamkan budipekerti yang baik.
d.   Melatih anak untuk berani dan menantang ingin mempunya rasa ingin tahu yang besar.
e.    Melatih anak untuk menyayangi dan mencintai lingkungan dan ciptaan tuhan.
f.     Melatih anak untuk mencari berbagai konsb moral yang mendasar seperti salah, benar, jujur, adil dan fair.

2.4 Alasan Bermain Sambil Belajar
Bermain adalah dunia sekaligus sarana belajar anak. Memberikan kesempatan pada anak untuk bermain berarti memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar. Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar dengan cara cara yang dapat dikatagorikan sebagai bermain berarti telah berusaha membuat pengalaman belajar itu dirasakan dan dipersepsikan secara alami oleh anak yang bersangkutan sehingga menjadi bermakna baginya. (solehuddin 2000)

Melalui bermain itulah sesungguhnya anak belajar. Melalui bermain anak memilki kesempatan untuk membangun dunianya berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan social, mengekspresikan dan mengontrol emosinya serta mengembangkan kecakapan simboliknya. Melalui bermain pula anak anak memperoleh kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan keterampilan yang baru diperolehnya dan juga fungsi kecakapan sosialnya untuk menerima peran sosial yang baru dan mencoba tugas baru yang menantang, serta menyelesaikan masalah masalah baru yang tidak dapat diselesaikan dengan cara yang lain.(Mallory & new 1994 dalam bredekamp & copple 1997).

Oleh karena anak belajar melalui kegiatan bermain maka mau tidak mau guru musti merancang kegiatan pembelajaran yang memiliki ciri ciri bermain. Bermain dalam kaitan ini merupakan strategi pembelajaran. Manfaat yang dapat dipetik melalui “bermain sambil belajar” adalah sebagai berikut :
a.       Mendorong anak anak belajar tentang pakaian yang sesuai untuk musim
musim atau acara acara tertentu. Guru menyediakan beberapa jenis
pakaian.
b.      Mendorong anak anak belajar bagaimana membuat warna sekunder.
c.       Guru menyediakan cat dengan warna warna primer.
d.      Mendorong anak anak untuk mendemonstrasikan kecakapannya dengan mengklasifikasi. Guru menyediakan daun daunan, kulit kerang, biji bijian, kancing, model model tanaman dan hewan.
e.       Mendorong anak anak belajar tentang karakteristik ukuran tiga dimensi, guru menyediakan benda benda kotak, balok giometri, dan balok balok untuk rancang bangun seperti lego dan bricks.
f.       Mendorong anak anak belajar tentang erosi tanah / pengikisan oleh air.
g.      Guru menyediakan air dalam ember dan pasir atau tanah dihalaman (brewer 1995).

Memang sebagian orang dewasa beranggapan bahwa anak tidak mungkin dapat belajar apabila mereka menghabiskan waktu hanya untuk bermain. Padahal perlu diyakini bahwa bermain memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan kemampuan akademik anak (brewer 1995). Baik pieget dan vygotsky menandaskan bahwa bermain berkaitan erat dengan representasi (gambaran) yakni pada bagaimana anak menggambarkan dunia dan mengekspresikan perasaan dan kebutuhannya (via hoom 1999).

2.5  Manfaat Bermain
Anak belajar tentang banyak hal dalam bermain. Hal hal yang dipelajari anak melalui bermain dapat diidentifikasi antara lain sebagai berikut ;
a.       melalui bermain anak belajar untuk menerima, mengekspresikan dan menguasai perasaan mereka secara positif dan konstruktif.
b.      melalui bermain anak belajar tentang diri mereka sendiri, anak juga belajar meyakini sudut pandangnya sendiri yang hal itu membuat anak termotifasi untuk menguasai dan mengembangkan jati diri, kepercayaan diri, ketenangan diri dan harga diri.
c.       melalui bermain anak belajar tentang tingkah laku social seperti pergiliran
d.      bicara, bekerja sama, berbagi dan saling membantu.
e.       melalui bermain anak belajar untuk mengungkapkan ide dan perasaannya
secara verbal (dengan media bahasa), menyimak tuturan orang lain, memahami sudut pandang orang lain, dan belajar memutuskan sesuatu rencana kegiatan untuk memecahkan masalah.
f.       melalui bermain anak belajar menjadi penengah (pendamai). Anak juga
belajar bernegosiasi melakukan rekonsiliasi dan menyelesaikan konflik melalui “atmosfir” yang positif.
g.      melalui bermain anak belajar menghargai dan mempedulikan orang lain.
Anak juga belajar memilih jalan damai dan saling menjaga satu sama lain.
h.      melalui bermain anak belajar mengembangkan keterampilan berbahasa serta
mengembangkan kosakata.
i.        melalui bermain anak belajar tentang geometri seperti eksplorasi berbagai
ukuran (besar-kecil,panjang-pendek) dan bentuk bentuk tiga dimensi. Proses ini
terjadi ketika anak bermain dengan balok dalam berbagai ukuran.
j.        melalui bermain anak belajar menggunakan konsep matematika untuk
memcahkan masalah, seperti berapa piring yang dibutuhkan dalam satu meja,
berapa garpu yang dibutuhkan. Melalui bermain anak memilki kesempatan
untuk mengeksplorasi hubungan matematikka dengan lingkungannya. Rasa
ingin tahu di vergen dan motivasi untuk belajar merupakan kunci keberhasilan
dalam pembelajaran matematika dan sains. Pengalaman langsung melalui
bermain lebih efektif dalam mengembangkan kemampuan berfikir logika –
matematika dari pada meniru model orang dewasa. Bermain lebih
memungkinkan anak mengembangkan konsep yang didasarkan pada klasifikasi dan mengkonstruksi kategori melalui tindakan mereka sendiri, (dominock & clark 1996 dalam horn etal 1999).
k.      melalui bermain anak belajar berbagai keterampilan motorik halus seperti
mengecat, memotong, membentuk tanah liat, menggunakan berbagai crayon
atau pastel, membangun lego, semuanya sangat bermanfaat sebagai persiapan
belajar menulis.
l.        melalui bermain anak belajar tentang biji bijian seperti memilah biji bijian,
mengklasifikasi, belajar menyemai dan merawat biji bijian.
m.    melalui bermain anak belajar tentang sains seperti ketika mereka bermain
pasir dan mengamati cuaca.
n.      melalui bermain anak bermain tentang biologi hal in terjadi ketika anak
bermain dengan miniature binatang dan mengamati gambar gambar serta siklus kehidupan hewan hewan.
o.      melalui belajar anak belajar tentang kimia. Hal ini terjadi ketika anak
mencampur warna dengan air, mengamati efek garam dan gula yang diaduk
dengan air dan mengamati proses pembakaran kertas dan kayu.

2.6  Kualitas Bermain Bagi Pendidikan Anak Usia Dini
a.       Kenyamanan syarat utama
b.      Keamanan sebagai kebutuhan primer.
c.       Kesehatan diperhatikan
d.      Lingkungan pembelajaran diciptakan dan dimanfaatkan.
e.       Mengenal emosi-sosial anak usia dini yang makin matang dengan berbagai kegiatan bergaul
f.       Kognitif anak usia dini dikembangkan 
g.      Cara berkomunikasi Kreativitas tumbuh dengan bereksplorasi.
h.      Menolong diri-sendiri.
i.        Konsep diri tumbuh
j.        Tuntunan berkompeten dalam pendidikan anak usia dini
k.      Keluarga terlibat dalam penyelenggaraan  
l.        Program menejemen  menggambarkan pembentukan kepribadian anak
m.    Profesionalisme dikuasai para pendidik, pengasuh ketika memegang anak.
n.      Bermain secara kualitas ditunjukkan dengan suasana bermain yang berkesempatan memilih, mengambil keputusan, tanggung jawab
o.      Waktu  efisien dengan produktivitas anak dalam kinerjanya
p.      Program yang bermakna mencipta anak yang menyenangi, bertanggung jawab dan mengeluarkan inisiatifnya ketika  bermain
q.      Keterlibatan  dengan  bermain  mengaktifkan anak

2.7 Tahapan Bermain dari (Piaget, Parten, Smilanski)
  1. Bermain fungsional dengan anggota badan;
  2. Bermain  pengamat, menikmati meski hanya dengan mengamati saja;
  3. Bermain soliter yang bersifat bermain tanpa ada teman;
  4. Bermain paralel tanpa ada komunikasi meski berdekatan;
  5. Bermain sosial yang sudah melakukan interaksi dengan teman atau orang sekelilingnya;
  6. Bermain kooperatif dimana mulai ada peran dalam anggota yang bermain bersama;
  7. Bermain simbolik dengan ditandai pemaknaan   simbol-simbol gambar, bentuk visual-auditori lainnya;
  8. Bermain peran dengan pilihan beragam peran dalam masyarakat sekeliling anak;
  9. Bermain  dengan peraturan yang terjadi ketika mulai memberlakukan peraturan dalam permainannya.
  10. Suasana bermain yang tepat untuk pembentukan kepribadian (Weikart)

2.8  Sikap Perilaku Dan Keterampilan Guru Dalam Pelaksanaan Proses Bermain
a.       Bergerak diantara anak
b.      Sebagai nara sumber, membantu anak membuat proyek.
c.       Tidak mengambil peran dominan
d.      Mendengarkan, bertanya, membantu memecahkan permasalahan
e.       Ikut bermain berperan yang tidak penting, sekedar co-player.
f.       Meningkatkan keberanian anak untuk bertanya.
g.      Melibatkan anak secara aktif.
h.      Guru tidak dominan
i.        Tidak mengarahkan kegiatan anak menjadi kegiatan guru.
j.        Ikut bermain  sebagai anggota ketika anak bermain peran.
k.      Ketika anak asyik jangan melakukan intervensi, biar kegiatannya berkembang. Kegiatan berhasil bila guru dapat mengatakan " Anak-anak bermain seakan saya tidak ada"
l.        Memberi kesempatan melakukan pilihan kegiatan, menentukan arahan dan memilih bahan sendiri
m.    Meningkatkan bahasa lisannya, menggunakan kata-kata dalam kegiatannya
n.      Mengembangkan kemampuan kreativitas dengan membiasakan melibatkan anak dengan menjawab lancar, fleksibel, menjaga orisinalitas pendapat sendiri, berkarya dengan elaborasi.
o.      Mengembangkan keterampilan sosial ketika anak-anak bermain.
p.      Menanamkan pada anak pemahaman orang lain ketika bermain peran dan berpartisipasi dalam segala aspek permainan
q.      Meningkatkan rasa tanggung jawab ketika menggunakan peralatan dan bahan yang digunakan
r.        Belajar merencanakan, melaksanakan, dan tekun menyelesaikan kegiatan nya
s.       Lebih meningkatkan kualitas bermain perannya dan bekerja secara kooperatif dengan orang lain
t.        Memperpanjang waktu konsentrasinya ketika bermain di sudut-sudut, sentra-sentra, pusat minat-pusat minat  atau area-areanya
u.      Mengembangkan keterampilan anak dalam memahami simbol-simbol ,gambar,bentuk visual, auditori dan menggunakan benda konkrit
v.      Lebih memahami konsep dirinya dan dunia sekelilingnya ketika bermain di sudut, sentra, area atau pusat minatnya.
w.    Memberi kesempatan anak untuk mendapat pengalaman terintergrasi ketika bermain di pusat minat, sudut, area atau sentranya
.
2.9  Memilih Dan Mengembangkan Alat Permainan Edukatif
Beberapa ragam Alat Permainan Edukatif  dan fungsi pengembangannya  bagi anak usia dini berdasarkan ke tiga pengembangan fungsi alat permainan  (Janet Moyles)
2.8.1                 Peralatan membangun (kreatif mencipta dg. Kebebasan)
a.                Balok kecil polos
b.               Balok kecil berwarna
c.                Balok besar polos
d.               Balok besar berwarna
e.                Balok kardus
f.                Balok kubus
g.               Balok ukur polos
h.               Balok ukur berwarna
i.                 Keping-keping geometri


2.8.2                       Permainan meja (mengenal peraturan)
a.                   Beragam Papan permainan
b.                  Permainan lotto (Penalaran dan memilih)
c.                   Papan lotto gambar /  huruf
d.                  Papan lotto lambang bilangan
e.                   Papan lotto 9 warna
f.                   Papan lotto kata bilangan
g.                  Papan lotto warna dan bentuk /
h.                  Papan lotto beragam auditori  / benda sama
i.                    Papan lotto sejeni /  pasangan benda
2.8.3                 Peralatan manipulatif (mengenal beragam konsep dengan bermain)
a.                   Menara gelang segi-3; segi-6; bujur sangkar; lingkaran
b.                  Kubus; silinder
c.                   12 Papan hitung 5 ; 10
d.                  Papan geometri 12 bentuk
e.                   Papan tiga bentuk
f.                   Papan bentuk berurutan
g.                  Puzel-puzel : 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 dst. Potong
h.                  Bentuk geometri dilaminating
2.8.4                 Peralatan peran (metakomunikatif)
a.                   Lemari pecah belah / Lemari dapur / kompor
b.                  Beragam alat dapur / alat pecah belah



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bermain merupakan kegiatan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, emosi, intelektual, dan spiritual anak usia dini. Dengan bermain anak dapat mengenal lingkungan, berinteraksi, serta mengembangkan emosi dan imajinasi dengan baik. Pada dasarnya anak-anak suka sekali bermain, bergerak, bernyanyi dan menari, baik dilakukan sendiri maupun berkelompok.

Piaget dalam Mayesti (1990:42) mengatakan bahwa bermain adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan secara  berulang-ulang dan akan menimbulkan kesenangan, kepuasan bagi diri sendiri, sedangkan Parten dalam Dockett dan Fleer (2000:14) memandang bahwa bermain adalah sebagai sarana sosialisasi diharapkan melalui bermain dapat memberi kesempatan anak untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasai dan belajar secara menyenangkan.
Melalui bermain itulah sesungguhnya anak belajar. Melalui bermain anak memilki kesempatan untuk membangun dunianya berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan social, mengekspresikan dan mengontrol emosinya serta mengembangkan kecakapan simboliknya. Melalui bermain pula anak anak memperoleh kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan keterampilan yang baru diperolehnya dan juga fungsi kecakapan sosialnya untuk menerima peran sosial yang baru dan mencoba tugas baru yang menantang, serta menyelesaikan masalah masalah baru yang tidak dapat diselesaikan dengan cara yang lain.(Mallory & new 1994 dalam bredekamp & copple 1997).

3.2 Saran
Untuk pendidik, sebaiknya dapat mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan anak dengan belajar sambil bermain dan untuk orang tua sebaiknya dapat memberikan kebebasan anaknya untuk bermain, karena dengan bermain anak mendapat banyak pengalaman dan banyak pula manfaatnya untuk anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar