counter

Sabtu, 25 Oktober 2014

Model-model PAUD_WINARTI_1313054065



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pendidikan adalah hak warga negara (pasal 31 ayat 1). Serta tidak terkecuali dengan pendidikan di usia dini merupakan hak warga negara dalam mengembangkan potensinya sejak dini. Anak usia dini merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di masa depan. Selain  itu pendidikan di usia dini dapat mengoptimalkan kemampuan dasar anak dalam menerima proses pendidikan di usia-usia berikutnya.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidik yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik motorik (koordinasi motorik halus dan kasar ), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi , kecerdasan spritual ), sosial emosinal (sikap dan perilaku serta beagama), bahasa dan komunikasi ,sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini (dalam http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan). Menurut kami untuk mengasah kecerdasan anak melalui berbagai metode pendekatan dan metode pembelajaran, merupakan kajian yang menarik bagi bagi Guru, Pemerhati Pendidikan Anak serta Orang tua yang senantiasa ingin melihat peningkatan kecerdasan anaknya dari tahun ke tahun pertumbuhannya.


1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian pendekatan?
2.      Apa sajakah macam-macam dari pendekatan PAUD?
3.      Mengapa berbagai pendekatan diperlukan dalam PAUD?
4.      Bagaimana pendekatan alternatif untuk PAUD?
1.3  Tujuan
a.       Untuk mengetahui pengertian pendekatan.
b.      Untuk mengetahui macam-macam pendekatan.
c.       Untuk mengetahui alasan diperlukannya pendekatan dalam PAUD.
d.      Untuk Mengetahui bagaimana pendekatan alternatif untuk PAUD.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendekatan PAUD
Pendekatan pembelajaran dalam akhmad sudrajat di http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/ menyatakan bahwa pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach) .

2.2 Macam-Macam Pendekatan PAUD
2.2.1 Pendekatan High Scope
Pendekatan High/Scope dikembangkan oleh David Weikart. High Scope mulai digunakan tahun 1962. Program ini melibatkan anak sebagai pembelajar aktif yang memberikan kesempatan pada anak untuk memilih sendiri aktivitas bermainnya. High/Scope memiliki komponen penting, yaitu:
1) Anak sebagai pembelajar aktif yang menggunakan sebagian besar waktunya di dalam learning center yang   beragam.
2)   Merencanakan-melakukan-mengulang (plan-do-rewiew).
Guru membantu anak untuk memilih apa yang akan mereka lakukan setiap hari, melaksanakan rencana mereka dan mengulang kembali yang telah mereka pelajari.
3)   Pengalaman kunci (key experience).
Pengalaman-pengalaman penting anak dipakai untuk pembelajaran.
4)   Penggunaan catatan anekdot untuk mencatat kemajuan yang diperoleh anak.

Pendekatan High/Scope memiliki 5 unsur yang mendukung pembelajaran aktif anak, yaitu:
1) Benda-benda yang dapat dieksplor anak.
2) Manipulasi benda-benda oleh anak.
3) Pilihan bagi anak tentang apa yang harus dilakukan anak.
4) Bahasa anak.
5) Dukungan dari dan oleh orang dewasa.

2.2.2  Pendekatan Beyond Centre and Circle Time/BCCT

Pendidikan Anak Usia Dini dapat menggunakan pembelajaran dengan pendekatan Beyond Centers and Circle Time (BCCT), atau dalam bahasa Indonesia adalah Lebih Jauh Tentang Sentra dan Saat Lingkaran Kegiatan bermain sambil belajar pada sentra-sentra. Anak dituntut aktif dan kreatif dalam kegiatan sentra-sentra dan pendidik berperan sebagai motivator dan fasilitator memberi pijakan-pijakan (scaffolding). Pijakan yang diberikan sebelum dan sesudah anak yang bermain dalam setting duduk melingkar sehingga dikenal sebagai saat lingkaran. Pijakan lainnya adalah pijakan lingkungan (penataan lingkungan), dan pijakan pada setiap anak dilakukan selama anak bermain (Ditjen Dikluspa, 2005). Pendekatan ini dikembangkan oleh Creative Pre School Florida Amerika Serikat dan mulai dikembangkan juga di Indonesia.

2.2.3 Pendekatan Reggio Emilia Approach/REA

Pendekatan REA ini berkomitmen “menciptakan kondisi pembelajaran yang akan mendorong dan memfasilitasi anak untuk membangun kekuatan berpikirnya sendiri melalui penggabungan seluruh bahasa ekspresif, komunikatif, dan kognitifnya” (Edward & Forman, 1993).
Pada dasarnya REA menganggap anak-anak adalah pembelajar kompeten sehingga model kurikulum yang dijalankan bisa diarahkan oleh anak-anak itu sendiri. Kurikulum memiliki catatan proses dengan tujuan-tujuan tertentu, tapi tidak memiliki batasan cakupan maupun urutan tertentu. Guru mengikuti minat anak-anak dan tidak memberikan instruksi-instruksi standar dan konvensional. REA sangat percaya bahwa anak-anak belajar melalui interaksi dengan teman, orang tua, guru serta interaksi dengan lingkungan tempat belajarnya.
2.2.4 Pendekatan Montessori
Tujuan pendidikan Montessori adalah mengoptimalkan seluruh kemampuan anak melalui stimulasi yang dipersiapkan. Guru perlu membuat perencanaan secara rinci dan mempersiapkan lingkungan pembelajaran yang tenang dan teratur agar anak merasa nyaman untuk belajar. Kelas yang terdiri dari bermacam usia membuat anak dapat belajar dari kawan yang usianya lebih tua di samping dari gurunya sendiri. Walaupun anak belajar secara individual, tetapi ia tetap dilatih agar bisa mandiri.

Lingkungan dipersiapkan dengan materi yang telah terstruktur, misalnya:
a.   Materi sensorial
Anak berlatih untuk memperluas dan memperhalus persepsi sensorinya. Materi yang digunakan adalah alat-alat yang mengandung konsep tentang ukuran, bentuk, warna, suara, tekstur, bau, berat ringan, dll.

b.   Materi konseptual
Materi ini menggunakan bahan-bahan konkret untuk melatih anak membaca, menulis, matematika dan pengetahuan sosial.

c.   Materi kehidupan praktis
Materi pembelajaran yang diberikan banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya menyapu lantai, mencuci piring, menyiram tanaman, mengancingkan baju, dll. Pendekatan Montessori menggunakan bahan-bahan yang dapat dimainkan anak, namun di dalam pendekatan ini tidak memberikan anak di bawah 6 tahun untuk berfantasi. Padahal jika anak bermain, maka salah satu unsur bermain adalah berfantasi (berpura-pura). Dengan demikian di dalam pendekatan ini anak tidak dapat bermain secara bebas, tetapi sangat terstruktur sehingga imajinasinya tidak berkembangang. Pengaruh guru untuk memberikan mainan yang sudah terpola dan berurutan secara ketat membatasi kreatifitas anak dalam mengeksplorasi mainannya. Dengan anak belajar secara  mandiri, maka kesempatan anak untuk berinteraksi dengan teman sangat terbatas.

2.2.5 Bank Street

Pendektan ini dikembangkan oleh Lucy Sprague Mitchell, Caroline Pratt, Harriet Johnson (1878 – 1967). Pendektan ini berawal dari “Nursery School”, bagian dari Biro Eksperimen Pendidikan. Dalam perkembangannya pendekatan ini dipengaruhi oleh kajian atau penelitian dari John Dewey yang menyakini bahwa kekuatan pendidikan untuk mempengaruhi dan meningkatkan masyarakat.

Dalam pendekatan ini memilliki beberapa prinsip umum yaitu sebagai berikut :
· Perkembangan berawal dari simple ke kompleks
· Sifat individual terjadi secara kontinum
· Peningkatan perkembangan memerlukan waktu yang lama dan hal – hal baru yang dipelajari.
· Anak mempunyai motivasi dalam dirinya untuk secara aktif terlibat dengan lingkungan.
· Percaya diri anak terbentuk dari pengalaman dengan orang lain dan objek dalam berinteraksi.
· Pertumbuhan dan perkembangan melibatkan konflik antara individu dan orang lain.

2.2.6 Kurikulum Kreatif

Pada pendekatan ini dikembangkan oleh Diane Trister Dodge (1978– sekarang). Dasar filosofi dalam pendekatan ini adalah guru harus mampu menggunakan bermacam – macam strategi untuk memenuhi kebutuhan anak dalam aspek perkembangan sosial, fisik, kognisi dan bahasa.

Dalam pendekatan ini terdapat beberapa elemen – elemen penting dari kurikulum kreatif yaitu sebagai berikut :
a. Pemahaman cara belajar anak sebagai proses yang kontinum
b. Menekankan pada setting lingkungan pembelajaran dalam sentra, mengatur jadwal kegiatan sehari – hari, mengorganisasi pilihan waktu – belajar, dan menciptakan komunitas kelas.
c. Guru berperan menjadi pengamat dan menggunakan bermacam – macam strategi untuk memandu pembelajaran.
d. Bermitra dengan orangtua untuk mendukung pembelajaran.

2.2.7 Project – Base

Pendekatan ini dikembangkan oleh Lilian Katz. Tujuan pembelajaran dalam pendekatan ini adalah :
- Pengetahuan (knowledge)
Fakta – fakta, informasi, cerita, konsep, dan banyak unsur dari pikiran.

- Keterampilan (skills)
Keterampilan berbeda dengan pengetahuan. Pengetahuan harus dapat menjadi
suatu keterampilan.

- Disposisi (disposition)
a) Kebiasaan berpikir yang digabungkan dengan hati
b) Kemampuan proposial, motivasi, peduli, dan empati kepada anak lain.
c) Berkembang dengan baik melalui mengamati (observing) dan meniru
(modelling)
d) Bawaan dari lahir untuk memaknai pengalaman, bertanya, mencari jawaban,
dll.
e) Tidak bisa diajarkan melalui instruksi
f) Harus diwujudkan dalam tingkah laku, diekspresikan dan digunakan
g) Disposisi yang hilang, tidak akan bisa kembali lagi.

- Perasaan (feelings)
a) Dipelajari melalui pengalaman
b) Tidak dapat dipelajari melalui instruksi, paksaan, atau doktrinasi
c)Memberi kesempatan untuk terlibat aktif, menentukan pilihan dan mengambil keputusan.

2.3 Alasan pentingnya Pendekatan PAUD

Alasan pentingnya pendekatan dalam PAUD disadur dari Yuliani Sudjiono dalam buku Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini adalah Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio-emosional. Jadi dalam kegiatan, anak harus senantiasa diberi fasilitas untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Sehingga dalam pendidikan anak akan lebih mempunyai kemampuan lebih untuk mengembangkan minat atau bakat yang dimilikinya agar tercapai secara maksimal.

Bermain merupakan sarana belajar anak usia dini. Melalui bermain, anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya. Dengan bermain anak akan lebih luas untuk mengetahui apa yang sudah dikenal di sekitarnya. Dan anak akan lebih mudah beradaptasi dengan benda ataupun makhluk hidup di lingkungan sekitar yang sudah dikenalnya. Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain. Dengan lingkungan yang kondusif anak akan lebih mudah bereksplorasi dengan kegiatan-kegiatan yang dimilikinya. Misalnya, anak bermain petak umpat bersama temannya, maka tempat tersebut harus di tempat yang jauh dari keramaian dan lalu lalang kendaraan. Sehingga anak akan aman dan nyaman dalam bermain.
Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak. Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik/guru.
Namun lebih baik jika seorang pendidik menjelaskan kepada anak dengan menggunakan media dalam pembelajaran. Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak, agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang berulang.
2.4 Pendekatan Alternatif Untuk PAUD
Imam Chuourmain dalam Pendekatan-pendekatan alternatif pendidikan anak usia dini (Jakarta: Rineka Cipta 2011) hal 13-57, menyatakan bahwa pendekatan alternatif untuk PAUD sebagai berikut:
2.4.1 Program-program yang menekankan perkembangan keterampilan
Anak-anak muda atau usia dini butuh untuk mengembangkan keterampilan khusus yang akan memungkinkan dirinya mampu untuk melakukan sesuatu secara efektif di sekolah . Perkembangan kemampuan keterampilan dalam membaca, berbahasa, menulis, dan berhitung serta perilaku yang dibutuhkannya dikelas seperti bekerja secara mandiri, memberikan perhatian, dan menyelesaikan suatu tugas didasarkan dan bertumpu pada pendekatan ini (pendekatan pengembangan psikomotor menurut Taxonomy B.S. Bloom;Penyadur).
2.4.2 Program yang mengutamakan pertumbuhan kognitif
Program yang mengutamakan pengembangan kognitif lebih mengacu pada temuan-temuan hasil penelitian yang didapat oleh Jean Piaget , Jerome Bruner , dan Lawrence Kohlberg bagi landasan teori mereka. Dalam pendekatan ini berfokus pada pengertian anak atau cara berfikir tentang kehidupan dunia yang tidak hanya berisi hal-hal yang spesifik, namun ada hal-hal yang sifatnya kognitif, perilaku/psikomotor , berbahasa atau proses-proses sikap yang diterapkan dalam kehidupan . maka pendekatan ini lebih mengacu pada proses-proses daripada hal-hal yang spesifik tentang informasi, merupakan esensi program yang mengutamakan pertumbuhan kognitif. 
2.4.3 Program mengutamakan perkembangan sikap (AFEKTIF)
Pusat pendekatan ini ada empat area dasar perkembangan inidividual: (1) kekuatan ego; (2) kemandirian ; (3) kreativitas; dan (4) komunikasi antarpribadi. Pembentukan pencitraan diri yang kuat dan positif secara langsung berhubungan dengan kekuatan ego. Tiap anak harus memperhatian kemampuan-kemampuannya sebagai anak, sehingga ia dapat menggunakan kemampuan-kemampuannya itu dalam bekerja dan bermain dengan anak-anak sesamanya .
Kesadaran dan penerimaan terhadap tiap keunikan individual anak sangat penting dalam perkembangan komunikasi antarpribadi. Dalam hal ini juga mencakup tumbuhnya kepekaan/sensitivitas perasaan tiap anak satu sama lain dan menggembirakan  daripada hanya sekedar menoleransi perbedaan-perbedaan individual anak-anak. Komunikasi merupakan sumber pengertian kesamaan perasaan dan konflik antarmanusia, demikian juga sebagai alat untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach)
Beberapa pendekatan-pendekatan didalam paud seperti pendektan pembelajaran, pendekatan dan arahan dan pendekatan melalui program-program. Pendekatan pembelajaran seperti pendekatan pembelaajran montesori yang mengoptimalkan seluruh kemampuan anak melalui stimulasi, Pendekatan pembelajaran bank street yang menfokuskan kepada ; Kompetensi, Individualitas, dan Sosialisasi, pembelajaran regio emilia yang menganggap anak-anak adalah pembelajar kompeten sehingga model kurikulum yang dijalankan bisa diarahkan oleh anak-anak itu sendiri, pembelajaran project base yang berkaitan dengan pengetahuan, perasaan, keterampilan dan disposisi, Pembelajaran bcct berpusat pada sentra bermain.
3.2 Saran
Kepada para pembaca, hendaknya dapat mengimplementasikan berbagai pendekatan dalam kegiatan pembelajaran di PAUD. Guru bisa mengerti alasan mengapa pentinya pendekatan dalam PAUD dan guru dapat memberikan pendekatan alternatif untuk anak didiknya agar dapat berkembang optimal dan sesuai dengan potensi masing-masing anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar