BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pendidikan adalah hak warga negara
(pasal 31 ayat 1). Serta tidak terkecuali dengan pendidikan di usia dini
merupakan hak warga negara dalam mengembangkan potensinya sejak dini. Anak usia
dini merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di masa depan.
Selain itu pendidikan di usia dini dapat mengoptimalkan kemampuan dasar
anak dalam menerima proses pendidikan di usia-usia berikutnya.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut.
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu
bentuk penyelenggaraan pendidik yang menitikberatkan pada peletakan dasar
kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik motorik (koordinasi motorik halus dan
kasar ), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi , kecerdasan
spritual ), sosial emosinal (sikap dan perilaku serta beagama), bahasa dan
komunikasi ,sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui
oleh anak usia dini (dalam http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan).
Menurut kami untuk mengasah kecerdasan anak melalui berbagai
metode pendekatan dan metode pembelajaran, merupakan kajian yang menarik bagi
bagi Guru, Pemerhati Pendidikan Anak serta Orang tua yang senantiasa ingin
melihat peningkatan kecerdasan anaknya dari tahun ke tahun pertumbuhannya.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa
pengertian pendekatan?
2. Apa
sajakah macam-macam dari pendekatan PAUD?
3. Mengapa
berbagai pendekatan diperlukan dalam PAUD?
4. Bagaimana
pendekatan alternatif untuk PAUD?
1.3 Tujuan
a.
Untuk mengetahui pengertian pendekatan.
b.
Untuk mengetahui macam-macam pendekatan.
c.
Untuk mengetahui alasan diperlukannya
pendekatan dalam PAUD.
d.
Untuk Mengetahui bagaimana pendekatan
alternatif untuk PAUD.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pendekatan PAUD
Pendekatan pembelajaran dalam akhmad sudrajat di http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/
menyatakan bahwa pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran
yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan
(2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach) .
2.2 Macam-Macam
Pendekatan PAUD
Macam-macam pendekatan PAUD dalam Wening Sekar di http://wenab.blogspot.com/2012/06/berbagai-pendekatan-model-strategi-dan.html
dan Yulia Suci Pranitasari di http://edukasi.kompasiana.com/2014/06/17/berbagai-pendekatan-dalam-pembelajaran-paud-662619.html
menguraikan sebagai berikut:
2.2.1
Pendekatan High Scope
Pendekatan High/Scope dikembangkan oleh David Weikart. High Scope mulai
digunakan tahun 1962. Program ini melibatkan anak sebagai pembelajar aktif yang memberikan
kesempatan pada anak untuk memilih sendiri aktivitas bermainnya. High/Scope memiliki komponen penting, yaitu:
1) Anak sebagai pembelajar aktif yang
menggunakan sebagian besar waktunya di dalam learning center
yang beragam.
2) Merencanakan-melakukan-mengulang
(plan-do-rewiew).
Guru membantu anak untuk memilih apa yang akan
mereka lakukan setiap hari, melaksanakan rencana mereka dan mengulang kembali
yang telah mereka pelajari.
3) Pengalaman kunci (key
experience).
Pengalaman-pengalaman penting anak dipakai untuk
pembelajaran.
4) Penggunaan catatan anekdot untuk
mencatat kemajuan yang diperoleh anak.
Pendekatan High/Scope memiliki 5 unsur yang mendukung pembelajaran aktif
anak, yaitu:
1) Benda-benda yang dapat dieksplor anak.
2) Manipulasi benda-benda oleh anak.
3) Pilihan bagi anak tentang apa yang harus
dilakukan anak.
4) Bahasa anak.
5) Dukungan dari dan oleh orang dewasa.
2.2.2 Pendekatan Beyond Centre and Circle
Time/BCCT
Pendidikan Anak Usia Dini dapat menggunakan
pembelajaran dengan pendekatan Beyond Centers and Circle Time (BCCT),
atau dalam bahasa Indonesia adalah Lebih Jauh Tentang Sentra dan Saat Lingkaran
Kegiatan bermain sambil belajar pada sentra-sentra. Anak dituntut aktif dan kreatif dalam kegiatan
sentra-sentra dan pendidik berperan sebagai motivator dan fasilitator memberi
pijakan-pijakan (scaffolding). Pijakan yang diberikan sebelum dan
sesudah anak yang bermain dalam setting duduk melingkar sehingga dikenal
sebagai saat lingkaran. Pijakan lainnya adalah pijakan lingkungan (penataan
lingkungan), dan pijakan pada setiap anak dilakukan selama anak bermain (Ditjen
Dikluspa, 2005). Pendekatan ini dikembangkan oleh Creative Pre School
Florida Amerika Serikat dan mulai dikembangkan juga di Indonesia.
2.2.3 Pendekatan
Reggio Emilia Approach/REA
Pendekatan REA ini berkomitmen “menciptakan kondisi
pembelajaran yang akan mendorong dan memfasilitasi anak untuk membangun
kekuatan berpikirnya sendiri melalui penggabungan seluruh bahasa ekspresif,
komunikatif, dan kognitifnya” (Edward & Forman, 1993).
Pada dasarnya
REA menganggap anak-anak adalah pembelajar kompeten sehingga model kurikulum
yang dijalankan bisa diarahkan oleh anak-anak itu sendiri. Kurikulum memiliki
catatan proses dengan tujuan-tujuan tertentu, tapi tidak memiliki batasan
cakupan maupun urutan tertentu. Guru mengikuti
minat anak-anak dan tidak memberikan instruksi-instruksi standar dan
konvensional. REA sangat percaya bahwa anak-anak belajar melalui interaksi
dengan teman, orang tua, guru serta interaksi dengan lingkungan tempat
belajarnya.
2.2.4 Pendekatan Montessori
Tujuan pendidikan Montessori adalah
mengoptimalkan seluruh kemampuan anak melalui stimulasi yang dipersiapkan. Guru
perlu membuat perencanaan secara rinci dan mempersiapkan lingkungan
pembelajaran yang tenang dan teratur agar anak merasa nyaman untuk belajar. Kelas yang terdiri dari bermacam usia membuat anak dapat belajar dari kawan
yang usianya lebih tua di samping dari gurunya sendiri. Walaupun anak belajar secara individual, tetapi ia tetap dilatih agar bisa
mandiri.
Lingkungan dipersiapkan dengan
materi yang telah terstruktur, misalnya:
a. Materi sensorial
Anak berlatih untuk memperluas dan memperhalus
persepsi sensorinya. Materi yang digunakan adalah alat-alat yang mengandung
konsep tentang ukuran, bentuk, warna, suara, tekstur, bau, berat ringan, dll.
b. Materi konseptual
Materi ini menggunakan bahan-bahan konkret untuk
melatih anak membaca, menulis, matematika dan pengetahuan sosial.
c. Materi kehidupan praktis
Materi pembelajaran yang diberikan banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya menyapu lantai, mencuci piring, menyiram
tanaman, mengancingkan baju, dll. Pendekatan
Montessori menggunakan bahan-bahan yang dapat dimainkan anak, namun di dalam
pendekatan ini tidak memberikan anak di bawah 6 tahun untuk berfantasi. Padahal
jika anak bermain, maka salah satu unsur bermain adalah berfantasi
(berpura-pura). Dengan demikian di dalam pendekatan ini anak tidak dapat
bermain secara bebas, tetapi sangat terstruktur sehingga imajinasinya tidak
berkembangang. Pengaruh guru untuk memberikan mainan yang sudah terpola dan
berurutan secara ketat membatasi kreatifitas anak dalam mengeksplorasi
mainannya. Dengan anak belajar secara mandiri, maka kesempatan anak untuk
berinteraksi dengan teman sangat terbatas.
2.2.5 Bank Street
Pendektan
ini dikembangkan oleh Lucy Sprague Mitchell, Caroline Pratt, Harriet Johnson
(1878 – 1967). Pendektan ini berawal dari “Nursery School”, bagian dari Biro
Eksperimen Pendidikan. Dalam perkembangannya pendekatan ini dipengaruhi oleh
kajian atau penelitian dari John Dewey yang menyakini bahwa kekuatan pendidikan
untuk mempengaruhi dan meningkatkan masyarakat.
Dalam
pendekatan ini memilliki beberapa prinsip umum yaitu sebagai berikut :
· Perkembangan berawal dari simple ke
kompleks
· Sifat individual terjadi secara kontinum
· Peningkatan perkembangan memerlukan
waktu yang lama dan hal – hal baru yang dipelajari.
· Anak mempunyai motivasi dalam
dirinya untuk secara aktif terlibat dengan lingkungan.
· Percaya diri anak terbentuk dari
pengalaman dengan orang lain dan objek dalam berinteraksi.
· Pertumbuhan dan perkembangan
melibatkan konflik antara individu dan orang lain.
2.2.6 Kurikulum Kreatif
Pada
pendekatan ini dikembangkan oleh Diane Trister Dodge (1978– sekarang). Dasar
filosofi dalam pendekatan ini adalah guru harus mampu menggunakan bermacam –
macam strategi untuk memenuhi kebutuhan anak dalam aspek perkembangan sosial,
fisik, kognisi dan bahasa.
Dalam
pendekatan ini terdapat beberapa elemen – elemen penting dari kurikulum kreatif
yaitu sebagai berikut :
a. Pemahaman cara belajar anak sebagai proses yang
kontinum
b. Menekankan
pada setting lingkungan pembelajaran dalam sentra, mengatur jadwal kegiatan
sehari – hari, mengorganisasi pilihan waktu – belajar, dan menciptakan
komunitas kelas.
c. Guru
berperan menjadi pengamat dan menggunakan bermacam – macam strategi untuk
memandu pembelajaran.
d. Bermitra
dengan orangtua untuk mendukung pembelajaran.
2.2.7 Project
– Base
Pendekatan
ini dikembangkan oleh Lilian Katz. Tujuan pembelajaran dalam pendekatan ini adalah
:
-
Pengetahuan (knowledge)
Fakta
– fakta, informasi, cerita, konsep, dan banyak unsur dari pikiran.
-
Keterampilan (skills)
Keterampilan
berbeda dengan pengetahuan. Pengetahuan harus dapat menjadi
suatu
keterampilan.
- Disposisi (disposition)
a) Kebiasaan
berpikir yang digabungkan dengan hati
b) Kemampuan
proposial, motivasi, peduli, dan empati kepada anak lain.
c)
Berkembang dengan baik melalui mengamati (observing) dan meniru
(modelling)
d) Bawaan
dari lahir untuk memaknai pengalaman, bertanya, mencari jawaban,
dll.
e) Tidak
bisa diajarkan melalui instruksi
f) Harus
diwujudkan dalam tingkah laku, diekspresikan dan digunakan
g) Disposisi
yang hilang, tidak akan bisa kembali lagi.
- Perasaan (feelings)
a)
Dipelajari melalui pengalaman
b) Tidak dapat
dipelajari melalui instruksi, paksaan, atau doktrinasi
c)Memberi
kesempatan untuk terlibat aktif, menentukan pilihan dan mengambil keputusan.
2.3
Alasan pentingnya Pendekatan PAUD
Alasan
pentingnya pendekatan dalam PAUD disadur dari Yuliani Sudjiono dalam buku
Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini adalah Kegiatan pembelajaran pada anak
harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak
yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi
semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu
intelektual, bahasa, motorik, dan sosio-emosional. Jadi dalam kegiatan, anak
harus senantiasa diberi fasilitas untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Sehingga
dalam pendidikan anak akan lebih mempunyai kemampuan lebih untuk mengembangkan
minat atau bakat yang dimilikinya agar tercapai secara maksimal.
Bermain
merupakan sarana belajar anak usia dini. Melalui bermain, anak diajak untuk
bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda
di sekitarnya. Dengan bermain anak akan lebih luas untuk mengetahui apa yang
sudah dikenal di sekitarnya. Dan anak akan lebih mudah beradaptasi dengan benda
ataupun makhluk hidup di lingkungan sekitar yang sudah dikenalnya. Lingkungan
harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan
memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar
melalui bermain. Dengan lingkungan yang kondusif anak akan lebih mudah
bereksplorasi dengan kegiatan-kegiatan yang dimilikinya. Misalnya, anak bermain
petak umpat bersama temannya, maka tempat tersebut harus di tempat yang jauh
dari keramaian dan lalu lalang kendaraan. Sehingga anak akan aman dan nyaman
dalam bermain.
Pembelajaran
pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang
dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat
membangkitkan minat anak. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai
konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna
bagi anak. Media
dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau
bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik/guru.
Namun lebih baik jika seorang pendidik menjelaskan
kepada anak dengan menggunakan media dalam pembelajaran. Pembelajaran
bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep
yang sederhana dan dekat dengan anak, agar konsep dapat dikuasai dengan baik
hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang berulang.
2.4 Pendekatan Alternatif Untuk PAUD
Imam Chuourmain dalam Pendekatan-pendekatan alternatif pendidikan anak usia
dini (Jakarta: Rineka Cipta 2011) hal 13-57, menyatakan bahwa pendekatan
alternatif untuk PAUD sebagai berikut:
2.4.1 Program-program yang
menekankan perkembangan keterampilan
Anak-anak muda
atau usia dini butuh untuk mengembangkan keterampilan khusus yang akan
memungkinkan dirinya mampu untuk melakukan sesuatu secara efektif di sekolah . Perkembangan kemampuan
keterampilan dalam membaca, berbahasa, menulis, dan berhitung serta perilaku yang
dibutuhkannya dikelas seperti bekerja secara mandiri, memberikan perhatian, dan
menyelesaikan suatu tugas didasarkan dan bertumpu pada pendekatan ini (pendekatan pengembangan psikomotor menurut
Taxonomy B.S. Bloom;Penyadur).
2.4.2 Program yang
mengutamakan pertumbuhan kognitif
Program yang
mengutamakan pengembangan kognitif lebih mengacu pada temuan-temuan hasil
penelitian yang didapat oleh Jean Piaget , Jerome Bruner , dan Lawrence
Kohlberg bagi landasan teori mereka. Dalam pendekatan ini berfokus pada
pengertian anak atau cara berfikir tentang kehidupan dunia yang tidak hanya
berisi hal-hal yang spesifik, namun ada hal-hal yang sifatnya kognitif,
perilaku/psikomotor , berbahasa atau proses-proses sikap yang diterapkan dalam
kehidupan . maka pendekatan ini lebih mengacu pada proses-proses daripada
hal-hal yang spesifik tentang informasi, merupakan esensi program yang
mengutamakan pertumbuhan kognitif.
2.4.3 Program mengutamakan perkembangan sikap (AFEKTIF)
Pusat
pendekatan ini ada empat area dasar perkembangan inidividual: (1) kekuatan ego;
(2) kemandirian ; (3) kreativitas; dan (4) komunikasi antarpribadi. Pembentukan
pencitraan diri yang kuat dan positif secara langsung berhubungan dengan
kekuatan ego. Tiap anak harus memperhatian kemampuan-kemampuannya sebagai anak,
sehingga ia dapat menggunakan kemampuan-kemampuannya itu dalam bekerja dan
bermain dengan anak-anak sesamanya .
Kesadaran dan
penerimaan terhadap tiap keunikan individual anak sangat penting dalam
perkembangan komunikasi antarpribadi. Dalam hal ini juga mencakup tumbuhnya
kepekaan/sensitivitas perasaan tiap anak satu sama lain dan menggembirakan daripada hanya sekedar menoleransi
perbedaan-perbedaan individual anak-anak. Komunikasi merupakan sumber
pengertian kesamaan perasaan dan konflik antarmanusia, demikian juga sebagai
alat untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran
yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach)
Beberapa
pendekatan-pendekatan didalam paud seperti pendektan pembelajaran, pendekatan
dan arahan dan pendekatan melalui program-program. Pendekatan pembelajaran
seperti pendekatan pembelaajran montesori yang mengoptimalkan seluruh kemampuan
anak melalui stimulasi, Pendekatan pembelajaran bank street yang menfokuskan
kepada ; Kompetensi, Individualitas, dan Sosialisasi, pembelajaran regio emilia
yang menganggap anak-anak adalah pembelajar kompeten sehingga model kurikulum
yang dijalankan bisa diarahkan oleh anak-anak itu sendiri, pembelajaran project
base yang berkaitan dengan pengetahuan, perasaan, keterampilan dan disposisi,
Pembelajaran bcct berpusat pada sentra bermain.
3.2 Saran
Kepada para pembaca, hendaknya dapat mengimplementasikan berbagai
pendekatan dalam kegiatan pembelajaran di PAUD. Guru bisa mengerti alasan
mengapa pentinya pendekatan dalam PAUD dan guru dapat memberikan pendekatan
alternatif untuk anak didiknya agar dapat berkembang optimal dan sesuai dengan
potensi masing-masing anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar